Bounce
Hallo readers! langsung aja, plan selama liburan adalah ngebuat naskah novel, pengennya judulnya "Bounce" dan ini salah satu chapter nya, selamat membaca. yg lagi ngebaca, mohon di comment kalau ada masukan ^^
Who is She?
“Dia menyenggolku lebih dulu!” seru Sora
sambil mengambil tasnya dari bangku. Aku hanya menggeleng. Perempuan berambut
lurus dan mata coklat itu baru saja bertengkar dengan teman sebangkunya
sendiri, Taris. Teman-teman yang lain juga berlaku sama denganku. Mereka tidak
kerasan dengan sifat Sora yang sok dan kalau menatap kami yang bukan
sekongkolnya seperti debu-kau-sangat-mengganggu-pergi-sekarang.
“Sora dan Taris bertengkar!” seru seorang teman kelasku diluar kelas. Ku
lihat dari jendela Sora pergi seribu langkah dan berbelok menuju arah
perpustakaan. Setauku, meski ia bersikap sewenang-wenang tapi ia kutu buku dan
sudah terkenal cerdas. Kalau lagi bad mood pasti tempat tujuannya untuk
melampiaskan kemarahan adalah perpustakaan.
“Itu sudah basi. Dia selalu dan mungkin
sudah wajib bertengkar dengan anggota gengnya,” kata Fita, salah satu siswi
yang kerjaan nya menjadi ‘paparazzi’ khusus untuk Geng terkenal di seluruh
sekolah : TRY (Taris soRa Yeffanie) yang diketuai oleh Sora.
“Mi, kamu enggak kekantin? Kenapa dikelas aja? Jangan hirauin
pertengkaran Sora dan Taris mereka selalu begitu. Tapi anehnya, kenapa Taris
betah dekat dengannya ya?” kata Lyris sambil menarik tanganku untuk berdiri
dari tempat duduk.
“Yahh.. gak tau. Tanya sendiri aja sama orangnya,”
lalu aku menarik Lyris keluar kelas. “Lama-lama aku lapar. Mau beli Jus Melon
aja ahh,” diam-diam Lyris tersenyum melihat teman baiknya yang lugu.
Aku seorang perempuan pemalu yang baru saja mengalami perpindahan kelas
dari kelas tujuh A ke kelas tujuh D. Aku harus beradaptasi lagi dengan
lingkungan baruku ini. Baru saja aku merasa betah dengan kelas ku, tujuh A
sistem rolling class malah muncul. Menyebalkan. Yap, teman-temanku juga
mengeluh dengan sistem rolling class ini. Banyak teman-teman yang sudah kompak
dengan kelas mereka tapi tengah semester harus berpisah. Aku sudah
sangat-sangat-sangat betah dan aku sudah sangat-sangat-sangat lupa bagaimana
caranya untuk mencari perhatian agar mendapatkan teman. Haha.
Sekolah ku bernama JHS Paratim atau Junior High School Paratim.
Bersekolah disini sungguh menyenangkan walaupun aku baru merasakannya selama
delapan bulan. Aku sudah mendapatkan sahabat baru yang bernama Mayumi. Karena
nama kami hampir sama yaitu Ayumi dan Mayumi, akhirnya kami dikenal dengan
sebutan “Yumis”. Maksudnya karena Yuminya lebih dari satu. Aku sangat senang
saat mendapatkan julukan itu karena itu terasa menggelikan. Selain Mayumi, aku
juga bersahabat dengan Lyris. Perempuan berambut gelombang dan berkulit putih
itu memiliki kegemaran menggambar manga Jepang. Aku juga suka menggambar, tapi
aku lebih suka menulis.
Oh ya, Paratim adalah sekolah milik sebuah perusahaan. Jadi, kebanyakan
murid yang sekolah di Paratim pasti satu sekolah SD. Makanya, banyak dari
mereka yang sudah saling mengenal satu sama lain.
“Kau bengong?” Lyris mengagetkanku. Aku menggeleng. Dia menyodorkan
segelas Jus Melon yang tadi kupesan. Lalu aku mengaduk-aduk Jus Melonku.
“Tau yang namanya kak Zeka?” kata Lyris yang bisa
dibilang penghuni lama Paratim. Aku menggeleng.
“Aku sebel sama dia. Masa gambar mangaku dia
coret-coret? Beneran, aku ngerjain manga itu dari jam delapan malam sampai jam
satu malam,” katanya. Lyris pasang wajah cemberut.
“Kamu jelek ris kalau cemberut gitu,” lalu aku
menepuk-tepuk pundak Lyris.
Semenjak ada sistem Rolling Class aku jarang ketemu dengan sahabatku
yang satunya lagi, Mayumi. Ia sekarang menjadi anggota dari kelas tujuh C.
Selain itu, ku dengar ia mengikuti seleksi Olimpiade IPS. Maka dari itu,
mungkin ia tidak mempunyai waktu untuk bertemu denganku dan Lyris.
Aku berjalan kearah kelasku setelah kenyang dengan Jus Melon. Saat aku
berjalan dengan Lyris seperti nya ada yang menatapku dengan tatapan
hey-kau-jangan-sok-lembut. Wow! Itu
mengerikan! Seru ku dalam hati. Tapi siapa? Ku lirik Lyris, ia masih
menyapa temannya yang setauku ia sering panggil “Bapo”. Pandangan itu
mengganggu sekali. Aku mencoba mengingat-ingat orang yang memandangku
sedemikian tajamnya. Rambut panjang dikucir setengah dengan mata bewarna coklat
karena sovlent, kulit putih dan hidung mancung. Dia terlihat seperti barbie cantik sekali, pikirku.
Pelajaran keempat 7D adalah bahasa Jepang.
Kami sekelas berpindah ruangan ke ruang 5 atau ruang bahasa Jepang. Bahasa
Jepang atau Ni-hongo diajar oleh
Hesha Sensei. Beliau sangat baik, tapi juga tegas. Beliau tidak akan membiarkan
murid nya mencontek atau sebaginya. Mengobrol saat pelajaran dan bercanda
berlebihan.
Aku duduk dengan Lyris. Dibarisan depan karena kami berdua mempunyai
gangguan mata. Aku menggunakan kacamata dan ia berkata kalau duduk dibagian
kedua atau ketiga sudah rabun. Saat ketua suku (re: ketua kelas) selesai
menyiapkan rakyatnya tiba-tiba saja teman belakang bangku ku menegurku. “Kau,
jangan macam-macam,” aku tidak mengerti jadi kuhiraukan begitu saja ucapannya.
Terlebih lagi aku duduk didepan dan sudah pasti sangat-sangat terawasi oleh mata
elang seorang Hesha Sensei.
“Duluan ya Yumi,” kata Lyris sambil berjalan kearah bis. Aku berjalan
santai sambil bersenandung kearah Halte. Dan (lagi) ada seseorang yang
menatapku dengan tajam dengan tatapan baru, kenapa-harus-ada-orang-seperti-kamu.
Yap! Tatapan nya nyebelin banget. Aku jadi penasaran sama dia. Siapa sih dia?
Komentar
Posting Komentar