Five Minutes Equals Forever!! Part II

    Lima menit di pelajaran bahasa Jerman tadi sudah membuatku terauma besar duduk dengan Emma. Ku kira ia anak yang baik dan bisa diajak bertoleransi, tapi... ahh.. dia sungguh parah dan freak! Memang sih, kita harus bisa lebih menghargai orang baru disekitar kita. Tapi yang satu ini tidak bisa dimasukkan kedalam daftar orang yang harus di hargai.
    "Ginny.. kita ke kantin yuk! Aku lapar!" seru Emma saat kami baru saja tiba di ruangan Fisika. Oh tidak, hal apa lagi yang akan ia bicarakan dikantin? Aku sudah menerka-terka, apakah soal keluarga nya yang konglomerat? Atau masalah saudara nya? Masalah kucing nya?
"Ginny! Ayok lah .. aku lapar.." keluh nya sambil memegangi perutnya. Aku tersadar. "Eh.. hm.. gimana ya?" Tanpa pikir panjang lagi Emma tanpa permisi menarik lengan kanan ku.
"Hello Emma.. slowza kali.." Kata ku sambil cemberut. Ia tersenyum genit kearahku. Oh My God!
  
      "Hey, Irena! Sedang makan apa?" Emma berbasa-basi pada seorang remaja berkulit putih dan bermata hijau terang. Anak ini sangat sungguh percaya diri. Batin ku. Lalu segera melihat sesosok perempuan yang melambaikan tangan kearahku. Dia Jenna. Tanpa bilang-bilang aku langsung berlari kearah Jenna.
"Hey, Jen, itu anjing panas ya?" kata ku sambil menunjuk makanan yang dibawa Jenna. Dia mengadah sambil melotot. "Hey bung! berhenti menyebut Hotdog dengan sebutan anjing panas, okay?" katanya sambil terus berjalan ke arah meja.. hmm.. meja yang ada Emma dan seorang remaja bernama Irena.
       "Hey, Ren! kenalkan ini adik ku, Ginny." Ucap Jenna. Aku memicingkan mata kearahnya.
"Hmm.. nama kakak Irena ya? Berarti..." lalu aku menegok kearah Emma. Oh.. bencana besar akan melanda hidupku sebentar lagi. Ku harap kakak nya tidak seperti adiknya.
"Iya! kalian sudah berteman ya? kakak dan Jenna juga sudah berteman, bahkan bersahabat! Oh ya, pesan makanan dulu saja, nanti kita bicara lagi." katanya sambil tersenyum kearahku dan Emma. Emma merangkul pundakku.
        
        "Hey Ginny, asyik bukan kakak kita bersahabat? Kita juga harus bersahabat! Ini ajaib! So wonderful day! Like it!" Serunya sambil terus merangkul pundakku. Aku tersenyum pasrah. Ku harap iya bisa menjadi sahabat yang baik setelah semua ceritanya ia tumpahkan di hari Selasa yang ajab ini. Semoga.
"Biar ku beritahu, disini ada makanan enak...sekali.. aku suka sekali dan aku yakin kau juga begitu." Lalu ia menuntun ku ke counter bewarna coklat. Ya kuharap begitu, setidak nya kalau kau bisa berhenti bicara. Lalu aku tersenyum kecut.
         "Sis, aku pesan Vanilla Milkshake, Hamburger isi ikan filet, serta pancake buah." Pelayan yang panggilan nya Sis itu segera menyuruh anak buah nya untuk membuat semua pesanan Emma. Dia makan sebanyak itu? ku kira ia hanya banyak bicara tanpa banyak makan.. hmm..  Aku bergumam lagi. Sebenarnya aku tidak ingin membicarakan dan mengomentari orang dalam hati. Tapi orang yang satu ini random ku temukan di Angola. M-e-n-g-e-r-i-k-a-n.
        "Hi, dude! mau pesan apa? Ini." sahutnya lalu memberikan daftar menu. Makanan nya Ada Salad buah, Spaggeti, Steak, Chips with mayonaise, Bakso, Sosis with mayonaise. Dan minuman nya ada Thailand Tea Ice, Coffee Milkshake, Cocacola, dan Lemon tea.
         "Hmm.. aku mau Chips with mayonaise satu dan Thailand Tea Ice." Pesan ku. Emma menepuk pundak ku. "Pilihan yang tepat!" seru nya lalu segera mengambil pesanan nya.
"Sis, antar saja pesanan Chips with mayonaise dan Thailand Tea Ice nya di meja nomor 14." Sis segera mengangguk. Emma menarik lengan ku.

          "Jadi gimana kalau besok kita shopping di mall Artha?" Kata Emma sambil menyeruput Vanilla Milkshake nya. Aku tersedak ludah ku sendiri. Aku belum pernah diajak teman-teman ku di Angola untuk shopping. Dan kali ini orang yang baru ku kenal selama 2 jam sudah berani mengajak ku ke Mall.
"Aku setuju! disana ada tempat makan yang sangat lezat! nama nya The Oasis. Dan butik baju yang pakaian nya lucu-lucu!" Kata Irena bersemangat. Jenna sejak tadi hanya diam sambil memainkan tempat Hotdog.
  "Jadi gimana, Jenna dan Ginny. Mau tidak? kalau mau besok aku dan Emma akan menjemput kalian!" katanya.
           "Kita kan sekolah.." kata ku tiba-tiba. Adik kakak itu tersenyum.
"Karena kau tidak mengikuti upacara tadi pagi, jadi kau telat pengumuman. Besok libur karena ada rapat seluruh staf sekolah menjelang hari ulangtahun Mi-Ail." kata Emma. Aku ber-oh-oh. Kakak ku mendadak tersenyum.
"Baik, aku.." ia merangkul ku. "dan Ginny ikut kalian ke Mall Artha. Jam berapa?" katanya bersemangat.
"Jam sepuluh pagi tepat. Kau kasih alamat nya dikelas ya!" kata Irena pada Jenna. Aku dan Emma tatap-tatapan. Ia menjentikkan jarinya.
            "Baik, kalau begitu acara kita besok shopping! Oke guys, kita berdua ke kelas dulu ya!" kata Emma sambil menggandeng tangan ku. Mungkin sebentar lagi Emma akan menjadi teman yang sempurna. Hahay!


            Di hari Selasa pagi yang cerah....
"Kau yakin dengan sahabat mu itu?" tanya ku pada Jenna disela-sela mengunyah sarapan. Ia mengangguk. "Ya, aku yakin. Irena itu baik kok! ia yang paling perhatian pada ku di hari Senin kemarin." katanya sambil mengambil selai kacang dan mengolesinya ke atas roti.
            "Wow! Jenna sudah punya sahabat? Hebat! padahal baru satu hari!" seru Mrs. Pilsburry.
Aku merengut. "Ma, aku juga sudah punya teman yang ingin ku jadikan sahabat jika ia bisa merubah sifatnya." kata ku sambil terkikik dan mencoba membayangkan kejadian kemarin di kelas bahasa Jerman.
"Siapa namanya? sifat yang seperti apa?" tanya Mrs. Pilsburry. "Namanya Emma Quella Oliver, panggilan nya Emma."
"Nama yang bagus.." komentar Mrs. Pilsburry. "Ya, I think so. Tapi ia ingin mengganti namanya menjadi Quella Lydia Sapphira.  freak!" kata ku sambil memainkan pisau makan. Mrs. Pilsburry dan Mr. Ustkowitz tertawa.
"Kau tak boleh begitu, Ginny. Bagaimana pun kau harus menghormati sifatnya. Ia teman pertama mu dan jangan sia-siakan dia." kata Mr. Ustkowitz tegas. Aku jadi tersadar kalau hari ini ada janji shopping ke Mall Artha.
    "Hmm... Ma, Pa, boleh tidak kalau jam sepuluh nanti aku dan Jenna pergi ke Mall Artha bersama Emma dan kakak nya, Irena?" Aku lupa meminta izin kemarin malam. Mereka berdua saling tukar pandang.
"It's Oke! tapi kamu harus hati-hati. Kita orang baru. Ma dan Pa tidak mau ada hal buruk terjadi." kata Mrs. Pilsburry. Aku dan Jenna segera bertos ria. Oke, perjalanan pertama dengan teman pertama akan segera dimulai. It's Journey!

              Tin! tin! tin! Bunyi klakson mobil Emma membuat ku dan Jenna kalang kabut.
"Hey! kita belum siap! bisa tunggu sebentar? kalian bisa masuk kerumah ku dan menikmati kue kering di ruang tamu." Pinta ku pada Emma. Iya mengangguk. "Baik, aku ingin melihat rumah mu." katanya lalu segera turun dari mobil bersama Irena. Sedangkan aku langsung berlari kearah kamar untuk berganti pakaian dan menyiapkan barang yang akan aku bawa ke Mall Artha.
"Jen, mereka sudah menunggu. Ayok!" seru ku yang mengenakan kaos oblong bewarna biru laut dan rompi bewarna putih berhiaskan pita bewarna biru di sebelah kanan. Serta celana panjang bewarna hitam dan kepangan di sisi kanan poni.

Komentar

Postingan Populer