Mahakarya Sasti - Lomba Cerpen SMANSA Bontang


    Pagi itu, Pak Salim mengumumkan siapa saja pemenang lomba melukis tingkat Provinsi. Nita, musuh bebuyutan Sasti memperoleh juara pertama. Sasti sungguh iri. Ia melihat kesal para Juara yang dengan senyum angkuh memamerkan piala mereka. Ia bertekad suatu hari nanti ia akan berdiri disana dengan memegang sejumlah piala.
    Upacara Senin pun dibubarkan. Seluruh siswa desak-desakan masuk kekelas masing-masing. Sasti berjalan menduduk agar tak terlihat rawut wajah nya yang kusut.
    “Anak-anak, sebentar lagi akan ada lomba menggambar dan melukis tingkat Nasional loh!” Kata Pak Prapto, sang guru kesenian. Sasti yang sejak tadi menunduk dan cemberut, tiba-tiba langsung mengadah dan air mukanya terlihat cerah. Iya sangat antusias mendengar pengumuman dari Pak Prapto.
    “Kalian boleh ikut dua-dua nya! Perlombaan nya diadakan Sabtu depan, dan yang menang mendapatkan Piala penghargaan serta uang tunai sebesar tiga juta rupiah!” Seru Pak Prapto menggebu-gebu. Lalu beliau meneruskan perkataan nya lagi, “Yang mau ikut, sekarang boleh daftar ke bapak.” Kata Beliau mengakhiri pengumuman nya dengan senyuman. Segeralah Sasti  berdiri dari tempat duduknya dan dengan percaya diri mendaftarkan dirinya untuk ikut lomba. Walaupun ia tau, ia tidak begitu pandai menggambar dan melukis. Tapi ia bertekad dan berjanji sepulang sekolah nanti akan berlatih keras untuk menghasilkan gambar yang membuat para juri ‘wow’ dengan gambaran nya.

     “Pak, saya mau ikut lomba.” Kata Sasti bersemangat. Pak Prapto tersenyum. Lalu segera menuliskan nama Sasti di formulir pendaftaran.
   “Nak, tema gambar dan lukisan nya adalah Semangat Muda Berekspresi.” Kata Beliau. Sasti mengangguk.
  “Baik Pak. Saya akan berlatih menggambar dengan tekun agar hasilnya memuaskan.” Kata Sasti dengan gembira. Pak Prapto mengangguk. Lalu berdiri dari tempat duduknya.
     “Pelajaran kesenian selesai. Yang mau ikut lomba langsung saja memberikan biodatanya ke Bapak.” Kata Beliau. “Assalamualaikum dan selamat pagi.” Lanjutnya. Sasti melonjak-lonjak girang. Tidak peduli dengan cemooh teman-temanya yang tidak yakin dengan kemampuan menggambar Sasti.

    Hari demi hari berlalu. Sasti semakin giat berlatih menggambar dan sudah ada perubahan dari gambarannya. Ia sudah menguasai beberapa tekhnik menggambar dan melukis. Dan sudah bisa menggambar berbagai macam tema. Dan Hari yang ditunggu-tunggu Sasti pun tiba. Hari Sabtu.

     Sasti sedang bersiap-siap. Berbagai alat melukis dan menggambar ia bawa. Sebelum berangkat ke tempat perlombaan, Sasti berdoa dan meminta Ibu nya mendoakan nya. Beliau hanya tersenyum sambil memeluk Sasti.

      Tempat perlombaan sudah ramai dengan anak-anak. Sasti jadi sedikit deg-degan. Iya takut ia kalah karena banyak saingan. Tapi sang Ayah menyemangatinya. Ia jadi kuat dan tegar. Dia mengingat kembali tekad nya untuk memegang piala penghargaan di Upacara Senin.
      sepuluh! Sembilan! Delapan! Tujuh! Enam! Lima! Empat! Tiga! Dua! Satu!” seru pembawa acara. Segeralah semua peserta menggambar dan melukis sesuai tema. Sasti dengan santai dan perasaan tenang menggambar seorang anak perempuan memegang piala dan memegang sebuah lukisan. Lalu di belakangnya ada banyak Koran dan lukisan. Iya sudah merencanakan gambaran ini sebelumnya.
       Dua jam pun berlalu. Kini, gambaran Sasti sudah ada di tangan Juri. Sambil menyeruput teh hangat yang diberikan panitia, iya terus saja berdoa dalam hati agar dirinya lah yang menjadi pemenang.
      “Dan kini saat yang ditunggu-tunggu!” seru pembawa acara. Ia melanjutkan kalimatnya. “Pengumuman pemenang lomba menggambar dan melukis tingkat Nasional!” Langsung saja semua peserta bertepuk tangan riuh. Sasti melihat pembawa acara mengambil sebuah kertas dari orang dibelakangnya. Semua peserta berbisik-bisik dan memohon dengan sangat bahwa dirinya lah yang ada di kertas daftar para pemenang tersebut.

    “Kita mulai dari juara harapan tiga.” Lalu ia tersenyum dan meneruskan kalimatnya. “Juara harapan tiga menggambar diraih oleh Afiena Sarah!” Serunya. Orang yang bernama Afiena Sarah itu berdiri sambil meloncat-loncat girang. Juara harapan tiga bukan aku. Hhh.. batin Sasti. Iya kembali menyimak pembawa acara.  “Juara harapan dua diraih oleh Muhammad Fadli! Juara harapan satu diraih oleh Zazkia Syahra!” seru pembawa acar sambil bertepuk tangan. Sasti semakin deg-degan.
     “Dan sekarang juara pertama diraih oleh Adinda Maharani!” seru pembawa acara. Sasti semakin lesu. Ia sudah pesimis tidak akan menang dan angan-angan nya menunjukkan piala pada teman-temananya sirnah.
“Juara dua nya adalah.. Hermione Ginny!” Pembawa acara itu lalu segera melirik kertas daftar para juara. Sasti sudah hampir menangis karena kesempatan menang hampir tidak ada.
    “Dan ini adalah pemenang terakhir. Yaitu diraih oleh Ananda Rayna Sasti!” Seru pembawa acara. Sasti terlonjak kaget. Rupa nya ia bisa memenangkan perlombaan meski ia hanya juara tiga. Ia segera ke panggung dan menerima piala tersebut. Ayah nya yang melihat tersenyum senang.
     Kini Sasti tau kemampuan barunya adalah mengekspresikan pikiran dan ide nya melalui gambar.    

Komentar

Postingan Populer