Because Neng Alay!
Liburan kali ini tidak ada bagus-bagus nya. Tidak ada seru-seru nya. Semua nya serba kacau. Berawal dari Mahar, cucuk dari nenek dan kakek ku, Ningsih dan Jabir yang masih berumur 5 tahun yang dengan santai nya memecahkan I-Pod hasil tanggokkan uang lebaran tahun lalu. Disusul dengan Triska yang entah di sengaja atau tidak mengotori dinding kamar ku yang baru saja di cat warna orange. Setelah itu adik ku, Hendra yang baru 6 tahun mencoba membongkar isi lemari ku bersama anak umur 12 tahun yang bernama Zakein. Untung saja si Ibu melihat dan akhir nya lemari ku tidak jadi sasaran amukkan bocah-bocah labil. Terima enggak terima kalau liburan kali ini banyak kerugian yang aku tanggung. Sekitar hmm.. empat ratus lima puluh ribu. Ibu bilang aku harus sabar, tapi....
"Nadiska Rahmatuza Syahriani ya nama mu?" Kata Triska dengan polos nya, sembari membolak-balik kartu pelajarku. Aku hanya mengangguk. Enggak tahu mau ngapain lagi selain ngeliatin Triska yang dengan lancang nya mencuri kartu pelajarku. "Kak! Teh Tella datang!" secara tiba-tiba Hendra, adikku yang paling nakal plus nyebelin menghampiri ku sambil mengguncang-guncang kan tubuhku. Aku sudah mulai naik darah. "Apa sih dek?" Tanya ku polos. Padahal aku sudah tahu kalau yang ia maksud itu Kak Tella, kakak sepupu ku datang kerumahku. Tapi aku hanya diam di kursi, sambil minum es jeruk buatan tante Ratna. Sedangkan yang lain sudah pergi ke halaman depan untuk menyambut kak Tella. Jujur, kenapa aku bertingkah seperti ini, karena takut kak Tella membuat daftar kerugian ku semakin besar. Yah.. walaupun kak Tella sudah 15 tahun, tapi patut di waspadai karena umur segitu masih labil. Kadang jadi anak kecil, kadang jadi alay, lebay dan sebagainya.
"Is, itu Tella dateng, kok kamu diam aja?" Kata Ibu sambil duduk disebelahku. Tanpa ba-bi-bu lagi aku ngeluarin I-Pod ku yang rusak karena di pecahin Mahar dari kantong celana. Ibu kaget. "Ya Allah nak, kok bisa pecah? itu kan mahal!" Kata ibu dengan ekspresi iba. "Kayak ibu enggak tahu aja. Mahar bu.." Ibu mengambil kerangka I-Pod yang sudah tak berdaya itu lagi. "Hmm.. dimaklumi ya nak. Mahar kan anak kecil." Kata Ibuku sambil tersenyum. Aku membalas senyuman nya dengan setengah hati karena enggak setuju dengan pernyataan ibu yang berkata ; "Dimaklumi ya nak." Sesak. "Eh.. nak Tella, cantik sekali kamu.." Kata Ibu saat Kak Tella menghampiri nya dan mencium tangan ibu. Lalu dia mengulurkan tangan kepada ku. Jabat enggak ya.. hmm gumam ku dalam hati. Habisan aku sudah Ilfeel duluan liat Kak Tella. "Eh.. Iska, jabat dong!" Seru Ibu sedikit kesal. Aku langsung menjabat tangan Kak Tella. HUH! Seru ku dalam hati.
"Halo Is, gimana sekolah nya?" Kata kak Tella basa-basi. Aku yang sedang bete tingkat Kota mendengus pasrah. "Baik aja." Kata ku mencoba tersenyum. Kak Tella lalu mengeluarkan sebuah I-Pod bewarna kuning. Lohh? ehhh.. aku bergumam. "Eh-eh.." kata ku gugup. I-Pod ku persis banget sama yang di pegang kak Tella sekarang. "Apaan?" Tanya kak Tella sambil tersenyum. "Hmm.. enggak deh, enggak jadi." kataku gugup. Tapi kegugupan ku hancur menjadi amarah saat melihat adikku yang memainkan handphone kesayangan ku.
"Woy! Dek!" seru ku kencang sambil berlari kearah bocah nakal itu. Berpasang-pasang mata menengok ku. Malu. "Ihh.. kakak suka banget sih teriak-teriak!" kata Adikku polos. Dasar anak bandel! Seru ku. "Eh, sini kembalikan Handphone kakak!" kata ku setengah berteriak. Beruntung nasib adikku kali ini. Tadinya aku mau memukul bokong nya. Tapi Dua pasang tangan menepuk bahu ku. Adikku kembali berseru-seru sambil memainkan handphone ku. "Eh Is, kamar mandi dimana ya?" Tanya kak Tella. "Eh.. iya di situ." Kata ku setengah kesal karena menghancurkan misi ku yang belum selesai (memukul bokong adikku). Dia tersenyum. Aku memonyong kan bibir. Enggak lama dari itu, kak Tella kembali lagi.
"Iska, foto-foto yuk! nanti aku masukin facebook." kata kak Tella. What? Aku berpikir. Sebenarnya itu tawaran yang keren disaat memikirkan kerugian ku yang semakin bertambah kalau-kalau si Hendra menjatuhkan handphone ku. "Eh.. iya deh. Iya." Kata ku bergumam. Dia tersenyum dan mengajakku ke kamar mandi. Kamar mandi!?
"Oke, gaya ya.. satu.. dua.. tiga!" seru kak Tella Aku melihat kak Tella bergaya ala Cherry Belle dengan bibir sedikit dimajukan. Sedangkan aku? cuman mengancungkan peace saja. Kening kak Tella berkerut. "Gaya kamu kaku banget sih!" seru kak Tella. Kaku? uhhh.. Kata ku jengkel. Benar saja, dia enggak ada beda nya sama sepupu ku yang lain. Garing, dan enggak seru. "Ulang lagi ya! one, two, three!" Serunya. Kali ini aku enggak mau dibilang kaku. Dengan gaya se keren mungkin. Dengan senyum mengembang dan tangan membentuk love. Sedangkan kak Tella bergaya dengan lidah menjulur dan tangan kanan membentuk angka lima, tangan kiri memegang handphone. "Gitu dong! ayok gaya yang lain ya! kita foto sampai 15 kali," kata kak Tella. Busett.. 15 kali? Neng Alay! seru ku dalam hati. Tapi semakin lama aku mulai menyukai kak Tella. Sehabis 15 potretan, kami berdua keluar kamar mandi. Dengan wajah berseri-seri sampai akhirnya wajah berseri-seri itu pudar karena....
"HENDRA!!" Seru ku kencang. Sambil menghampiri Hendra dan memukul bokong nya. "Tugas kesenian kakak..." kata ku lemah. Meratapi gambar kereta api di tengah lembah yang ku buat susah-susah di mutilasi Hendra. "Yang sabar ya, Is.." kata Kak Tella. Lalu ia menghampiri adikku.
"Dek, mendingan adek joget-joget deh sama kakak. Ajak yang lain nya!" kata kak Tella. Joget? Astaga.. Kata bergumam. Aku segera menghampiri Ibu dan menceritakan semuanya. Ibu berjanji akan membantu ku menyelesaikan tugas kesenian yang akan dikumpulkan minggu depan.
Sementara itu. . .
"Cha.. acha-acha.." Seru kak Tella riang. Sambil berjoget-joget riang di kamar tamu rumahku. Dengan para kurcaci yang menyebalkan. Aku menghampiri mereka.
"Katel," kata ku kepada kak Tella. Aku menyingkat penggilan nya. Lalu ia berhenti berjoget. "Apa Is? ikut joget yuk!" kata kak Tella sambil berjoget kembali. "Neng ALAY!" seru ku dengan kaget. Takut kak Tella marah dipanggil 'Neng Alay'. Kak Tella menengok kearahku. Lalu tertawa. Dan mengajakku keluar kamar, meninggalkan peserta joget. "Kamu harus tau bagaimana menghadapi sepupu kita yang bandel," Kata kak Tella. "Kamu ajak mereka bermain bersama, pasti mereka akan senang dan tidak akan jahil padamu. Hmm.. panggilan Neng Alay.." kata-kata kak Tella terputus. Aku deg-degan. "BAGUS banget! aku suka!" Kata kak Tella sambil berputar dan memelukku. Aku tersenyum. "Kakak memang pantas di panggil Neng Alay karena kakak ALAY!" kataku sambil menunjuk handphone kak Tella yang sedang ber-bbm ria bersama temannya dengan menggunakan bahasa "4l@Y"
"Eh.. hahahhahaa.." Kak Tella tertawa.
Sejak kejadian itu, aku sudah bisa menangani adikku yang bandel nya tingkat provinsi, dan menganggap pertemuan saudara hal yang menyenangkan. Because kak Tella as Neng 4LaY!
"Nadiska Rahmatuza Syahriani ya nama mu?" Kata Triska dengan polos nya, sembari membolak-balik kartu pelajarku. Aku hanya mengangguk. Enggak tahu mau ngapain lagi selain ngeliatin Triska yang dengan lancang nya mencuri kartu pelajarku. "Kak! Teh Tella datang!" secara tiba-tiba Hendra, adikku yang paling nakal plus nyebelin menghampiri ku sambil mengguncang-guncang kan tubuhku. Aku sudah mulai naik darah. "Apa sih dek?" Tanya ku polos. Padahal aku sudah tahu kalau yang ia maksud itu Kak Tella, kakak sepupu ku datang kerumahku. Tapi aku hanya diam di kursi, sambil minum es jeruk buatan tante Ratna. Sedangkan yang lain sudah pergi ke halaman depan untuk menyambut kak Tella. Jujur, kenapa aku bertingkah seperti ini, karena takut kak Tella membuat daftar kerugian ku semakin besar. Yah.. walaupun kak Tella sudah 15 tahun, tapi patut di waspadai karena umur segitu masih labil. Kadang jadi anak kecil, kadang jadi alay, lebay dan sebagainya.
"Is, itu Tella dateng, kok kamu diam aja?" Kata Ibu sambil duduk disebelahku. Tanpa ba-bi-bu lagi aku ngeluarin I-Pod ku yang rusak karena di pecahin Mahar dari kantong celana. Ibu kaget. "Ya Allah nak, kok bisa pecah? itu kan mahal!" Kata ibu dengan ekspresi iba. "Kayak ibu enggak tahu aja. Mahar bu.." Ibu mengambil kerangka I-Pod yang sudah tak berdaya itu lagi. "Hmm.. dimaklumi ya nak. Mahar kan anak kecil." Kata Ibuku sambil tersenyum. Aku membalas senyuman nya dengan setengah hati karena enggak setuju dengan pernyataan ibu yang berkata ; "Dimaklumi ya nak." Sesak. "Eh.. nak Tella, cantik sekali kamu.." Kata Ibu saat Kak Tella menghampiri nya dan mencium tangan ibu. Lalu dia mengulurkan tangan kepada ku. Jabat enggak ya.. hmm gumam ku dalam hati. Habisan aku sudah Ilfeel duluan liat Kak Tella. "Eh.. Iska, jabat dong!" Seru Ibu sedikit kesal. Aku langsung menjabat tangan Kak Tella. HUH! Seru ku dalam hati.
"Halo Is, gimana sekolah nya?" Kata kak Tella basa-basi. Aku yang sedang bete tingkat Kota mendengus pasrah. "Baik aja." Kata ku mencoba tersenyum. Kak Tella lalu mengeluarkan sebuah I-Pod bewarna kuning. Lohh? ehhh.. aku bergumam. "Eh-eh.." kata ku gugup. I-Pod ku persis banget sama yang di pegang kak Tella sekarang. "Apaan?" Tanya kak Tella sambil tersenyum. "Hmm.. enggak deh, enggak jadi." kataku gugup. Tapi kegugupan ku hancur menjadi amarah saat melihat adikku yang memainkan handphone kesayangan ku.
"Woy! Dek!" seru ku kencang sambil berlari kearah bocah nakal itu. Berpasang-pasang mata menengok ku. Malu. "Ihh.. kakak suka banget sih teriak-teriak!" kata Adikku polos. Dasar anak bandel! Seru ku. "Eh, sini kembalikan Handphone kakak!" kata ku setengah berteriak. Beruntung nasib adikku kali ini. Tadinya aku mau memukul bokong nya. Tapi Dua pasang tangan menepuk bahu ku. Adikku kembali berseru-seru sambil memainkan handphone ku. "Eh Is, kamar mandi dimana ya?" Tanya kak Tella. "Eh.. iya di situ." Kata ku setengah kesal karena menghancurkan misi ku yang belum selesai (memukul bokong adikku). Dia tersenyum. Aku memonyong kan bibir. Enggak lama dari itu, kak Tella kembali lagi.
"Iska, foto-foto yuk! nanti aku masukin facebook." kata kak Tella. What? Aku berpikir. Sebenarnya itu tawaran yang keren disaat memikirkan kerugian ku yang semakin bertambah kalau-kalau si Hendra menjatuhkan handphone ku. "Eh.. iya deh. Iya." Kata ku bergumam. Dia tersenyum dan mengajakku ke kamar mandi. Kamar mandi!?
"Oke, gaya ya.. satu.. dua.. tiga!" seru kak Tella Aku melihat kak Tella bergaya ala Cherry Belle dengan bibir sedikit dimajukan. Sedangkan aku? cuman mengancungkan peace saja. Kening kak Tella berkerut. "Gaya kamu kaku banget sih!" seru kak Tella. Kaku? uhhh.. Kata ku jengkel. Benar saja, dia enggak ada beda nya sama sepupu ku yang lain. Garing, dan enggak seru. "Ulang lagi ya! one, two, three!" Serunya. Kali ini aku enggak mau dibilang kaku. Dengan gaya se keren mungkin. Dengan senyum mengembang dan tangan membentuk love. Sedangkan kak Tella bergaya dengan lidah menjulur dan tangan kanan membentuk angka lima, tangan kiri memegang handphone. "Gitu dong! ayok gaya yang lain ya! kita foto sampai 15 kali," kata kak Tella. Busett.. 15 kali? Neng Alay! seru ku dalam hati. Tapi semakin lama aku mulai menyukai kak Tella. Sehabis 15 potretan, kami berdua keluar kamar mandi. Dengan wajah berseri-seri sampai akhirnya wajah berseri-seri itu pudar karena....
"HENDRA!!" Seru ku kencang. Sambil menghampiri Hendra dan memukul bokong nya. "Tugas kesenian kakak..." kata ku lemah. Meratapi gambar kereta api di tengah lembah yang ku buat susah-susah di mutilasi Hendra. "Yang sabar ya, Is.." kata Kak Tella. Lalu ia menghampiri adikku.
"Dek, mendingan adek joget-joget deh sama kakak. Ajak yang lain nya!" kata kak Tella. Joget? Astaga.. Kata bergumam. Aku segera menghampiri Ibu dan menceritakan semuanya. Ibu berjanji akan membantu ku menyelesaikan tugas kesenian yang akan dikumpulkan minggu depan.
Sementara itu. . .
"Cha.. acha-acha.." Seru kak Tella riang. Sambil berjoget-joget riang di kamar tamu rumahku. Dengan para kurcaci yang menyebalkan. Aku menghampiri mereka.
"Katel," kata ku kepada kak Tella. Aku menyingkat penggilan nya. Lalu ia berhenti berjoget. "Apa Is? ikut joget yuk!" kata kak Tella sambil berjoget kembali. "Neng ALAY!" seru ku dengan kaget. Takut kak Tella marah dipanggil 'Neng Alay'. Kak Tella menengok kearahku. Lalu tertawa. Dan mengajakku keluar kamar, meninggalkan peserta joget. "Kamu harus tau bagaimana menghadapi sepupu kita yang bandel," Kata kak Tella. "Kamu ajak mereka bermain bersama, pasti mereka akan senang dan tidak akan jahil padamu. Hmm.. panggilan Neng Alay.." kata-kata kak Tella terputus. Aku deg-degan. "BAGUS banget! aku suka!" Kata kak Tella sambil berputar dan memelukku. Aku tersenyum. "Kakak memang pantas di panggil Neng Alay karena kakak ALAY!" kataku sambil menunjuk handphone kak Tella yang sedang ber-bbm ria bersama temannya dengan menggunakan bahasa "4l@Y"
"Eh.. hahahhahaa.." Kak Tella tertawa.
Sejak kejadian itu, aku sudah bisa menangani adikku yang bandel nya tingkat provinsi, dan menganggap pertemuan saudara hal yang menyenangkan. Because kak Tella as Neng 4LaY!
Komentar
Posting Komentar