I Looking For My Old Story About... Leg!
Berkisar antara 4 tahun yang lalu...
Suatu insiden membahayakan telah kualami! di mulai dengan kebiasaan ku dan adikku setiap sabtu siang menonton film apa saja yang layak di tonton di TV. Dengan bangga aku dan adikku memutar sebuah acara TV yang mengandalkan otot-otot. Sebut saja seperti mescurid (bener gak sih tulisan nya?) Adikku mengambil setoples makanan ringan untuk kami berdua makan. Hmmm.. rasa kebersamaan antara kakak dan adik lagi terasa nihh.. karena kali ini aku dan adikku sedang akur. Tidak seperti 'Tom and Jerry' yang kerjaan nya berantem terus. Oh ya, kau mungkin akan merasa janggal ketika membaca tulisan ini. Berkisar antara 4 tahun lalu itu bukan waktu yang sebentar bagi manusia untuk mengulang ingatan di masa itu. Tapi ini kejadian yang tak pernah terlupakan, apalagi kalau aku sedang melihat kebawah (tanda kutip) kaki. What's wrong with my leg?! Mari kita loncat mundur ke zaman 4 tahun lalu, di sabtu siang yang panaaasss...!!
Adikku yang bernama Aulia itu mulai merencanakan ide-ide gila. Mulai dari mengikuti gaya-gaya di TV, membuat rintangan seperti yang sedang kami tonton. Karena waktu itu aku masih kelas 3, dan belum mengerti dan mengetahui apa bahaya nya ketika kami memainkan ide gilanya, yang aku lakukan hanyalan 'mengangguk'. Disinilah awal dari segala-galanya tentang old story about my leg.
Dengan hati yang.. (gak tahu perasaan nya gimana) si adek mulai merancang dan menaruh barang-barang apa saja yang bisa di jadikan 'rintangan ekstrim dan tersulit' di ruang keluarga. Aku hanya bisa melihat adikku yang sedang serius membuat rintangan. "Selesai! ayo kak!" serunya (kira-kira dia bilang begitu, eh tunggu aku lihat kaki ku dulu.) Aku mengangguk tanpa rasa takut. Rintangan pertama succeed! rintangan kedua.. Succeed! semakin susah lagi, dan di rintangan ketiga aku.. Failed! "Kakak payaahh..!" keluh adikku, lalu dia segera meloncat-loncat, melewati rintangan yang ia buat sendiri. Rintangan yang terakhir ini, ia buat dengan tempat payung. Kami harus melewati tempat payung tersebut. Cukup tinggi memang, tapi aku yakin aku bisa. Naas....
"Kakak! ayok kalau bisa!" seru adikku lancang. Karena kesal, aku langsung berlari untuk meloncati tempat payung tersebut. Braakkkk!! bunyi benda jatuh terdengar riuh di ruang keluar, terutama dekat tangga lantai kedua. "Aaahhhh... sakittt" keluhku. Ibuku yang dilantai atas, buru-buru turun untuk melihat keadaan sebenarnya dari lantai bawah. "Masyaallah!!" teriak Ibu. Aku meringis kesakitan sambil memegangi kaki kiri ku yang menjadi penyebab bunyi keras itu. Kaki ku menghantam tiang kayu dari tangga. Sakittttt... sekallii..
"Kakak gak papa?" tanya Ibu. Aku menggeleng. Lalu ibu menuntunku untuk menaiki tangga agar kaki ku diobati di lantai atas.
"Sakit buuu!!" keluh ku, saat tangan-tangan ibuku memijat kaki kiri ku. "Makanya, jangan niru-niru rintangan di TV!" kata Ibuku sedikit kesal. Aku mengelak. "Itu adek buu.." kata ku lirih. Ibu ku menggeleng."Sudah jangan saling menyalahkan." Lalu beliau meninggalkan ku dikamar.
2 hari setelah kejadian...
Pikirkan baik-baik, apakah kaki ku ini sudah pulih? Jawabannya.. Tidak tahu! hehehe.. Aku merasa baikan, tapi tidak begitu melihat kaki kiri memiliki benjolan sangat besar di antar telapak dan punggung kaki. Oh tidak! kenapa ini? Aku pun berkata kepada ibu, "Bu, ini kok ada benjolan?" kata ku sambil menunjuk kaki kiri ku. Ibu kaget. "Besok ibu panggilkan tukang urut ya.." aku menggeleng. "Gak mauuu.." kata ku. Tidak digubris.
This Time Because the Massage...
"Auuuhhh!!" keluh ku ketika tukan urut langganan memijat bagian kaki ku yang bengkak. "Sudah." kata beliau. Aku bahagia, karena tidak harus menderita berlama-lama akibat pijatan. Setelah tukang pijat itu pulang, aku mencoba jalan seperti biasa. Tidak! tambah sakit! "Buuu... kok tambah sakit?" Kata ku. Ibu melihat kaki ku. "Sabar dong kak... bentar lagi sembuh.." aku mengangguk.
Sore nya, kaki ku terasa nyut-nyutan. "Pak, kedokter aja yaa.." kata ku kepada Bapak. Aku mengelus-elus kaki kiri ku. "Iya deh pak, bawa aja kedokter." timpal Ibu. Bapak ku mengangguk. "Ayok!" katanya. Aku pun bersiap-siap untuk kedokter.
When Convicted
Sudah hampir satu jam aku menunggu nama ku dipanggil, akhirnya dipanggil juga. Aku dan bapakku segera memasuki ruang dokter. Deg-degan.
"Ini kakinya bengkak." kata bapakku. Aku melepas sepatu ku. Dokternya mengangguk.
"Dikasih obat oles aja.." katanya. Aku lega. Tapi bapakku mengelak. "Di balut aja.." kata bapakku. Dokternya mengangguk. "Kalau mau dibalut, harus di X-ray dulu." kata beliau. Aku kaget dalam hati. Lalu aku dituntun dokternya untuk keruang UGD untuk menemui dokter bedah.
"Sebaiknya di X-ray dulu. Suster, tolong bawa ke ruang X-ray." kata dokter itu pada seorang suster. Ia mengangguk. Aku disuruh mengenakan kursi roda. Ku harap itu kali pertama dan terkhirnya mengenakan kursi roda.
After Arriving in the Room X-Ray...
Aku masuk ke lorong X-Ray. Karena baru pertama kali di X-Ray kaki nya, jadi aku agak tegang.. Setelah selesai sesi pemotretan para tulang, aku disuruh menunggu hasilnya di ruang tunggu.
"Anak Aretha." panggil sebuah suara. Lalu aku menuju ruang UGD. Dokter bedah yang tadi sudah menunggu. "Selama seminggu, harus pakai kruk." kata Dokter. Bapak ku kaget. "Di bagian mana patahnya?" Dokter itu menunjukkan bagian-bagian kaki ku yang patah dan retak. Aku menangis. Karena malu kalau harus kesekolah menggunakan kruk. Setelah kejadian itu, aku bersumpah untuk tidak mengikuti ajakan gila adikku dan tidak mengikuti adegan-adegan untuk para berotot di TV. Dan berjanji untuk menjadikan kejadian 4 tahun yang lalu itu sebagai hari pertama dan terakhirku mengenakan kruk kesekolah dan kursi roda.
Bye-bye Kruk!!! bye bye Kursi Roda!! I Hate You!! Bwehehehehee
and be done with my struggle to remember the past on my feet...
Suatu insiden membahayakan telah kualami! di mulai dengan kebiasaan ku dan adikku setiap sabtu siang menonton film apa saja yang layak di tonton di TV. Dengan bangga aku dan adikku memutar sebuah acara TV yang mengandalkan otot-otot. Sebut saja seperti mescurid (bener gak sih tulisan nya?) Adikku mengambil setoples makanan ringan untuk kami berdua makan. Hmmm.. rasa kebersamaan antara kakak dan adik lagi terasa nihh.. karena kali ini aku dan adikku sedang akur. Tidak seperti 'Tom and Jerry' yang kerjaan nya berantem terus. Oh ya, kau mungkin akan merasa janggal ketika membaca tulisan ini. Berkisar antara 4 tahun lalu itu bukan waktu yang sebentar bagi manusia untuk mengulang ingatan di masa itu. Tapi ini kejadian yang tak pernah terlupakan, apalagi kalau aku sedang melihat kebawah (tanda kutip) kaki. What's wrong with my leg?! Mari kita loncat mundur ke zaman 4 tahun lalu, di sabtu siang yang panaaasss...!!
Adikku yang bernama Aulia itu mulai merencanakan ide-ide gila. Mulai dari mengikuti gaya-gaya di TV, membuat rintangan seperti yang sedang kami tonton. Karena waktu itu aku masih kelas 3, dan belum mengerti dan mengetahui apa bahaya nya ketika kami memainkan ide gilanya, yang aku lakukan hanyalan 'mengangguk'. Disinilah awal dari segala-galanya tentang old story about my leg.
Dengan hati yang.. (gak tahu perasaan nya gimana) si adek mulai merancang dan menaruh barang-barang apa saja yang bisa di jadikan 'rintangan ekstrim dan tersulit' di ruang keluarga. Aku hanya bisa melihat adikku yang sedang serius membuat rintangan. "Selesai! ayo kak!" serunya (kira-kira dia bilang begitu, eh tunggu aku lihat kaki ku dulu.) Aku mengangguk tanpa rasa takut. Rintangan pertama succeed! rintangan kedua.. Succeed! semakin susah lagi, dan di rintangan ketiga aku.. Failed! "Kakak payaahh..!" keluh adikku, lalu dia segera meloncat-loncat, melewati rintangan yang ia buat sendiri. Rintangan yang terakhir ini, ia buat dengan tempat payung. Kami harus melewati tempat payung tersebut. Cukup tinggi memang, tapi aku yakin aku bisa. Naas....
"Kakak! ayok kalau bisa!" seru adikku lancang. Karena kesal, aku langsung berlari untuk meloncati tempat payung tersebut. Braakkkk!! bunyi benda jatuh terdengar riuh di ruang keluar, terutama dekat tangga lantai kedua. "Aaahhhh... sakittt" keluhku. Ibuku yang dilantai atas, buru-buru turun untuk melihat keadaan sebenarnya dari lantai bawah. "Masyaallah!!" teriak Ibu. Aku meringis kesakitan sambil memegangi kaki kiri ku yang menjadi penyebab bunyi keras itu. Kaki ku menghantam tiang kayu dari tangga. Sakittttt... sekallii..
"Kakak gak papa?" tanya Ibu. Aku menggeleng. Lalu ibu menuntunku untuk menaiki tangga agar kaki ku diobati di lantai atas.
"Sakit buuu!!" keluh ku, saat tangan-tangan ibuku memijat kaki kiri ku. "Makanya, jangan niru-niru rintangan di TV!" kata Ibuku sedikit kesal. Aku mengelak. "Itu adek buu.." kata ku lirih. Ibu ku menggeleng."Sudah jangan saling menyalahkan." Lalu beliau meninggalkan ku dikamar.
2 hari setelah kejadian...
Pikirkan baik-baik, apakah kaki ku ini sudah pulih? Jawabannya.. Tidak tahu! hehehe.. Aku merasa baikan, tapi tidak begitu melihat kaki kiri memiliki benjolan sangat besar di antar telapak dan punggung kaki. Oh tidak! kenapa ini? Aku pun berkata kepada ibu, "Bu, ini kok ada benjolan?" kata ku sambil menunjuk kaki kiri ku. Ibu kaget. "Besok ibu panggilkan tukang urut ya.." aku menggeleng. "Gak mauuu.." kata ku. Tidak digubris.
This Time Because the Massage...
"Auuuhhh!!" keluh ku ketika tukan urut langganan memijat bagian kaki ku yang bengkak. "Sudah." kata beliau. Aku bahagia, karena tidak harus menderita berlama-lama akibat pijatan. Setelah tukang pijat itu pulang, aku mencoba jalan seperti biasa. Tidak! tambah sakit! "Buuu... kok tambah sakit?" Kata ku. Ibu melihat kaki ku. "Sabar dong kak... bentar lagi sembuh.." aku mengangguk.
Sore nya, kaki ku terasa nyut-nyutan. "Pak, kedokter aja yaa.." kata ku kepada Bapak. Aku mengelus-elus kaki kiri ku. "Iya deh pak, bawa aja kedokter." timpal Ibu. Bapak ku mengangguk. "Ayok!" katanya. Aku pun bersiap-siap untuk kedokter.
When Convicted
Sudah hampir satu jam aku menunggu nama ku dipanggil, akhirnya dipanggil juga. Aku dan bapakku segera memasuki ruang dokter. Deg-degan.
"Ini kakinya bengkak." kata bapakku. Aku melepas sepatu ku. Dokternya mengangguk.
"Dikasih obat oles aja.." katanya. Aku lega. Tapi bapakku mengelak. "Di balut aja.." kata bapakku. Dokternya mengangguk. "Kalau mau dibalut, harus di X-ray dulu." kata beliau. Aku kaget dalam hati. Lalu aku dituntun dokternya untuk keruang UGD untuk menemui dokter bedah.
"Sebaiknya di X-ray dulu. Suster, tolong bawa ke ruang X-ray." kata dokter itu pada seorang suster. Ia mengangguk. Aku disuruh mengenakan kursi roda. Ku harap itu kali pertama dan terkhirnya mengenakan kursi roda.
After Arriving in the Room X-Ray...
Aku masuk ke lorong X-Ray. Karena baru pertama kali di X-Ray kaki nya, jadi aku agak tegang.. Setelah selesai sesi pemotretan para tulang, aku disuruh menunggu hasilnya di ruang tunggu.
"Anak Aretha." panggil sebuah suara. Lalu aku menuju ruang UGD. Dokter bedah yang tadi sudah menunggu. "Selama seminggu, harus pakai kruk." kata Dokter. Bapak ku kaget. "Di bagian mana patahnya?" Dokter itu menunjukkan bagian-bagian kaki ku yang patah dan retak. Aku menangis. Karena malu kalau harus kesekolah menggunakan kruk. Setelah kejadian itu, aku bersumpah untuk tidak mengikuti ajakan gila adikku dan tidak mengikuti adegan-adegan untuk para berotot di TV. Dan berjanji untuk menjadikan kejadian 4 tahun yang lalu itu sebagai hari pertama dan terakhirku mengenakan kruk kesekolah dan kursi roda.
Bye-bye Kruk!!! bye bye Kursi Roda!! I Hate You!! Bwehehehehee
and be done with my struggle to remember the past on my feet...
Komentar
Posting Komentar